Puisi: Definisi dan Struktur Pembangunnya

Hai, sahabat B.A...
Kali ini Baca Aja akan mengulas tentang teori puisi, mengulik berbagai definisi puisi dari berbagai sumber, dan mengenali jenis-jenis puisi. Semoga artikel ini gak bikin kalian tersesat dalam rimba kata yang penuh makna.

Mempelajari teori kepuisian itu memang sering bikin gak mudeng. Puisi sendiri sudah punya makna berlapis, tiap orang bisa beda dalam menginterprestasikannya. Lalu ia dipaksa menjadi sesuatu yang teoritis. Ibaratnya mengekstraksi rumus dari sesuatu yang tak berumus. Nah, lho...

Terus apa faedahnya?

Tentu banyak. Di dunia pendidikan kita ngobrolin puisi sampai di luar konteks seni. Di luar konteks suka gak suka. Bukan juga sekedar menilai bagus gak bagus. Lebih dari sekedar siapa yang nulis dan siapa yang baca. Sehingga orang yang tidak dibekali kemampuan memahami lapis makna juga bisa memahaminya.

Pernah nonton film "The Theory of Everything"? Kalau pernah, disitu dikisahkan bagaimana Stephen Hawking telah menemukan jawaban atas  penelitian untuk tesisnya. Tapi, semua itu baru dianggap hipotesis selama belum ada rumusnya.

Teori kepuisian juga demikian, ia adalah rumus bagi puisi tersebut. Dengan begitu, puisi sah disebut ilmu bukan pseudosains.
gambar by google edited

Jadi, apa sih pengertian puisi itu sebenarnya?
Ini dia pengertiannya menurut beberapa ahli: 
  1. Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat berhubungannya, dan sebagainya.
  2. Carlyle mengatakan bahwa puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal. Penyair menciptakan puisi itu memikirkan bunyi-bunyi yang merdu seperti musik dalam puisinya, kata-kata disusun begitu rupa hingga yang menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu dengan mempergunakan orkestra bunyi.
  3. Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan. Adapun Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang bercampur-baur.
  4. Dunton berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Misalnya, dengan kiasan, dengan citra-citra, dan disusun secara artistik (misalnya selaras, simetris, pemilihan kata-katanya tepat, dan sebagainya), dan bahasanya penuh perasaan, serta berirama seperti musik (pergantian bunyi kata-katanya berturu-turut secara teratur).
  5. Shelley mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup. Misalnya saja peristiwa-peristiwa yang sangat mengesankan dan menimbulkan keharuan yang kuat seperti kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak, percintaan, bahkan kesedihan karena kematian orang yang sangat dicintai. Semuanya merupakan detik-detik yang paling indah untuk direkam.  
  6. Sumardi berpendapat puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif).
  7. James Reevas mengungkapkan bahwa puisi adalah ekspresi bahasa yang kaya dan penuh daya pikat. 
  8. Thomas Carlye memiliki pendapat puisi merupakan ungkapan pikiran yang bersifat musikal. 
  9. Pradopo memberikan pengertian puisi sebagai rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan.
  10. Herbert Spencer memberikan defenisi puisi sebagai bentuk  pengucapan gagasan yang bersifat emosional dengan mempertimbangkan efek keindahan.
Pengertian-pengertian di atas secara sepintas terlihat tidak memiliki kesamaan. Namun, bila diamati ada unsur-unsur yang padu antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain. Unsur-unsur tersebut disebut sebagai unsur pembangun puisi.

Apabila kita mengikut pendapat Richard dan Waluyo, unsur-unsur tersebut dibagi menjadi dua struktur: Struktur Fisik dan Struktur Batin.
  • Struktur Fisik ialah struktur puisi yang memaknai puisi tersebut sebagai keindahan fisik. Misalnya puisi diibaratkan sebagai sebuah taman, struktrur fisik puisi ini menilai dari bagaimana taman itu di desain, bagamana perbandingan pohon, bunga, dan hiasan-hiasan pendukung, ada berapa bunga berwarna merah dan kuning, dsb. 
  1. Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
  2. Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
  3. Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
  4. Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll., sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
  5. Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Menurut Waluyo bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks. 
  6. Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi, (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dsb. dan (3) pengulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.
  • Struktur Batin puisi ialah struktur puisi yang memaknai puisi terebut sebagai penilaian rasa. Misalnya puisi diibaratkan sebagai sebuah taman, struktrur batin puisi ini menilai dari bagaimana ekspetasi calon pengunjung, apakah taman ini terlihat sejuk, bagaimana perasaan pengunjung yang datang, apa yang di dapat pengunjung di taman, dsb. 
  1. Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
  2. Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
  3. Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.  
  4.  Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari  sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.  
Sampai di sini pembahasan kita. Baca juga writing journey Baca Aja tentang klasifikasi puisi, pengertian, dan ciri-cirinya.
 Sampai jumpa...😉

Comments

Popular posts from this blog

Klasifikasi Puisi, Pengertian, dan Ciri-Cirinya

INDAHNYA NEGERIKU

Badai Cinta